Wednesday, December 28, 2022

Pentax MX-1 Kota Tua Jakarta

Pentax MX-1 Kota Tua Jakarta

Tidak ada yang Saya persiapkan sebelum ke sini. Tidak ada gambaran akan memotret seperti apa ke Kota Tua ini yang baru saja direvitalisasi. Saya hanya ingin datang dan jalan-jalan sambil motret.

Sore itu sedang mendung, jadi gambar cerah dan ceria tidak akan dihasilkan. Kota Tua sedang ramai-ramainya, banyak sekali pengunjung memadati dari pelataran Stasiun Kota sampai halaman Museum. Mau motret gedung-gedung tua terlalu sesak dengan banyaknya pengunjung. Mau motret orang ala-ala street photography human interest juga terlalu sungkan untuk menatap mata. Jadi saya berjalan sambil motret seperti turis yang belum pernah ke tempat ini.

Waktu mau magrib, ketika lampu-lampu dinyalakan dan langit yang mendung membiru. Pentax MX-1 menunjukkan kemampuannya, kamera proseumer lawas ini ketika cahaya redup malah menghasilkan foto yang enak sekali dilihat, eyepleasing.


Magrib di Kota Tua.

Rest area.

Mau ambil fokus di Bugenvil tapi malah dapat belakangnya.

Langit membiru efek white balance.

White balance pada Pentax MX-1 berusaha menyesuaikan dengan highlight pada gedung dan area yang diterangi lampu, menjadikan langit semakin biru.

Parkir sepeda.

Ramai pejalan.

Sebelum pulang.

Pengen fokus di Bugenvil lagi tapi karena cahaya yang kurang shutter speed melambat dan hasil fotonya ngeblur.

Tempat jajan.

Ramai sekali pengunjung sore itu.

Depan stasiun Kota.

Kebun Teh Wonosari Sony W350 photodump

Kebun Teh Wonosari Sony W350 photodump

Tanpa perencanaan yang serius Saya bepergian ke Kebun Teh di Wonosari, Malang. Di akhir musim kemarau matahari berisnar terik tanpa penghalang mendung, menerpa hijaunya hamparan pohon teh yang setinggi pinggang. Sangat menyenangkan sekali memotret ketika cuaca cerah begini. Meskipun matahari terik di sini tidak terlalu panas karena letaknya yang memang berada di ketinggian meski tidak terlalu tinggi ditambah dengan angin semilir yang terus berhembus. Untuk diperhatikan bagi yang memiliki kulit sensitif, jika berkegiatan di ruang terbuka dengan matahari terik tapi tidak terasa panas begini, memang melenakan, tapi kalau kulit tidak dilapisi penangkal sinar matahari, siap-siap saja esok hari kulit memerah dan mengelupas.

Foto-foto di kebun teh yang dominan warna hijau tumbuhan dan birunya langit, terasa menyenangkan dilihat mata meskipun dipotret dengan sensor kamera lawas. Masih bisa diedit tapi sudah puas dengan warna yang apa adanya.

Panorama kebun teh Wonosari, Malang.

Jalan agak jauh dikit tapi lumayan bikin ngos-ngosan.

Berdiri sendiri di antara pohon-pohon teh yang rendah.

Atraksi di tengah kebun teh.

Saya pikir ini gudang kecil atau tempat penyimpanan gitu, ternyata toilet.

Bukit kunir dengan latar gunung Arjuno.

Berdua saja.

Ada warung dan loket, sampai sini harus bayar lagi.

Lumayan ramai juga, tapi mereka harus jalan kaki sekitar 2km untuk sampai tempat ini.

Semakin siang, pelan-pelan meninggalkan tempat atraksi utama.

Hamparan daun teh.

 

Sony W350 Main ke Pasar

Sony W350 Main ke Pasar

Pasar selalu menjadi tempat yang asyik untuk berburu foto. Lalu lalang orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing selalu menarik untuk diabadikan. Keramaian, kekacauan, ketidak selarasan, bahkan sampai kekumuhan pasar yang sduah menjadi tipikal pasar di sini adalah subjek yang menarik. Bisa jadi keruwetan ini akan menjadi sejarah di masa depan. Semoga saja. Saya masih berharap di masa depan nanti kalau pergi ke pasar tidak perlu bertemu dengan kubangan becek di sekitar penjual daging ayam dan ikan. Lorong-lorong yang lebar dan tidak ada sampah berserakan.

Untuk ke sekian kalinya, inilah foto-foto di pasar yang dipotret dengan digicam Sony W-350.

Timbangan ceker ayam.

Jalan lengan di pasar tapi ramai parkir sembarang.

Jual beli bebek.

Ikan-ikan.

Mata ikan.

Kerang.

Pedagang di Pasar.

Pedagang gerabah.

 

Pagi yang cerah di Long Storage Kalimati - Sony W350 digicam photodump.

Pagi yang cerah di Long Storage Kalimati - Sony W350 digicam photodump.

Memang cerah tapi cenderung panas meskipun belum terlalu siang. Ya mau bagaimana lagi, tempat ini memang jarang ada pohon di tepian waduk buatan ini, bahkan hampir tidak ada sama sekali. Saya melanjutkan gowes sambil beberapa kali berhenti untuk motret ketika melihat dan terpikirkan subjek yang unik. Saya sendiri dalam memotret jarang berpikir untuk menghasilkan foto yang bagus, lebih sering memotret karena spontanitas saja. Ide memang begitu, sering muncul ketika tidak dipikirkan.

Di Long Storage Kali Mati ini Saya memotret menggunakan digicam Sony W350. Kamera pocket yang beneran bisa masuk saku. Gowes sambil motret memang lebih enak dengan membawa kamera kecil yang bisa masuk saku, mudah dibawa-bawa dan praktis.

Dari sisi timur waduk Saya gowes ke sisi barat. Dari tepian waduk jalan setapak dengan rerumputan dan bunga liar menjadi beton berpagar besi. Di waduk ini memang dilarang berenang karena rawan tengggelam, sudah pernah ada kejadian orang tenggelam dan meninggal di tempat ini. Namun begitu banyak orang mancing di tepian waduk.

Dua pesepeda melintasi jalan beton di tepi waduk.

Bunga di tepi long storage, hanya ada di bagian yang masih berupa jalan setapak.

Bunga yang sama.

Semenjak bunga-bunga liar seperti ini hanya ada di tempat yang belum dibangun, Saya potret dulu sebelum dibabat.

Capung.

Long storage yang memang panjang.

Waduk buatan ini serasa luas, padahal tidak juga.

Pantulan pohon di air bagai cermin.

Tepi barat long storage Kalimati.

Saking panjangnya penampungan air ini, sampai tidak tampak ujung satunya.

Santai sambil memancing. Entah ada ikan apa saja dan seberapa banyak, sering Saya temui orang sedang memansing di tempat ini. Mereka pun akan kembali esok atau kapan lagi.

Nama yang dicetak besar.

CFD Sudirman-Thamrin Digicam Photodump

CFD Sudirman-Thamrin Digicam Photodump

Menyenangkan sekali bisa gowes di jalan yang lebar dan tanpa kendaraan seperti waktu CFD begini. Gowes santai sambil motret-motret tanpa khawatir ditabrak kendaraan dari belakang. Foto-foto dari kamera pocket Sony W350 sengaja saya edit warnanya biar lebih sesuai sama selera Saya yang suka berubah. Kenapa saya melakukan ini? Karena foto yang dihasilkan kamera ini seringkali terlihat kusam, seperti baju yang sudah sering dipakai dibawah terik matahari. Dan yang paling menynangkan adalah meskipun Sony W350 ini digicam lawas, warnanya bisa diutak-atik dengan leluasa. Warna setelah diedit tetap solid.

Memotret pagi di CFD.

Bus yang melintas.

Bus di antara kerumunan.

Keramaian orang dalam CFD.

Menyusuri CFD dengan sepeda.

Langit cerah dan lumayan bersih, satu kebetulan yang indah.

Gowes sambil motret.

Agak susah sebenarnya motret sambil mengikuti orang yang sedang bergerak, shaky blur.

Berhenti untuk memotret.

Tele zoom yang bisa diandalkan.

Berpapasan.

Paling enak motret ke langit atau bidang datar yang polos, biar tidak kelihatan kelemahan digicam yang kalah memotret detail kecil.

Food truck.

Masihgowes.