Sunday, June 5, 2022

Satu Hari di Malang bersama Sony DSC-W350 Digicam

| Sunday, June 5, 2022

Motret kucing santai dengan digicam Sony DSC-W350.

Kamera poket ini sebenarnya milik ibu, dulu dibeli sebelum ibu berangkat rekreasi. Dulu banget jadi udah agak lama gak dipakai sampai akhirnya rusak, kameranya gak bisa nyala.

Waktu bersih-bersih rumah Saya ketemu sama kamera ini lagi. Iseng saya bawa ke tukang service kamera di Malang untuk dicek, siapa tahu rusaknya gak parah dan masih bisa diperbaiki, kan lumayan buat mainan.

Setelah seminggu menunggu, sesuai tanggal yang dijanjikan, Saya kembali ke tukang service buat mengambil kamera. Rupanya kerusakannya gak parah, cuma kelamaan gak nyala aja yang bikin kameranya mati, susah dihidupin. Setelah membayar ongkos service Saya membawa kamera pulang.

Di perjalanan ini Saya coba buat sedikit keliling Kota Malang sekalian nyobain kamera yang baru selesai diservice. Gak banyak setting yang saya ubah waktu itu, semuanya auto. Saya pun motret random, asal-asalan. Cuma pengen tahu gimana rasanya motret lagi pakai kamera poket setelah bertahun-tahun gak memegangnya. Penasaran juga sama hasil fotonya nanti.

Sampai rumah Saya lihat hasil foto di layar kamera, hmm.. lumayan. Mungkin karena dilihat di layar kamera yang kecil dan resolusi rendah jadi terlihat biasa saja.

Kemudian di waktu senggang yang lain. Saya coba copy berkas foto-foto yang ada di memory card kamera ke komputer. Setelah terduplikat di cakram keras komputer, Saya melihat-lihat lagi satu-satu fotonya. Wow.. Saya sempat takjub dengan kualitas foto yang dihasilkan. Meski kamera poket lawas ternya hasil fotonya masih bagus banget, bahkan ketika dibandingkan dengan kamera ponsel masa kini yang sudah canggih-canggih. Tapi kalau dibandingkan sama hasil foto dari kamera DSLR ya masih kalah, kepadatan pixel-nya kelihatan banget.

Elus kucing. Setelah diservice langsung cobain kamera buat motret-motret.

Cobain juga motret jarak dekat, macro pagar besi keropos berkarat.

Gerobak ngetril.

Jalanan lengang Kota Malang.

Selepas lampu merah menjadi hijau.

Penunjuk arah dengan jarak di tengah kota. Sekarang ini dengan peta digital di dalam ponsel penunjuk arah dengan estimasi jarak macam ini apa masih dibutuhkan ya? hmm..

Ijen Boulvard.

Menunggu hijau.

Mampir jajan gorengan.

Waktu itu Saya menganggap kamera ini akan menjadi kamera kedua atau ketiga saja buat main-main. Gak nyangka sekarang jadi ngetren lagi.

Setelah agak lama dan lebih sering lagi bepergian sambil motret dengan kamera ini. Satu hal yang membuat Saya suka dan yakin untuk motret dengan kamera ini adalah ukurannya yang kecil sehingga mudah untuk dibawa-bawa. Ya memang peruntukannya kamera poket begini untuk mobilitas tinggi. Kualitas foto juga bagus cenderung unik.

Related Posts

No comments:

Post a Comment